ABSTRAK
Misdawati. 2018. Penerapan
Pembelajaran Inquiry Based Learning untuk Meningkatkan
Kinerja dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Biologi di Kelas X IPA 1 SMA
N 1 Nan Sabaris.
Pembelajaran biologi di kelas X IPA 2 SMAN 1 Nan Sabaris, belum berpusat
pada siswa dimana kinerja dan hasil belajar siswa masih rendah. Aktivitas
kerjasama, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menjawab
pertanyaan masih perlu ditingkatkan. Hasil pembelajaran masih dibawa criteria
ketuntasan minimal dan hanya menitik beratkan pada penguasaan produk
pengetahuan sehingga kemampuan psikomotor siswa terabaikan.
Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
biologi. Ketercapaian tujuan tersebut dilakukan dengan menerapkan Inquiry
Based Learning. Pendekatan ini
mendorong siswa belajar secara bertahap yang disebut dengan Level of Inquiry dengan tahapan level: 1) Discovery learning, 2)
Interactive demonstrations, 3) Inquiry lessons, 4) Inquiry labs, 5) Real-world
applications, dan 6) Hypothetical inquiry.
Jenis
penelitian adalah penelitian best practice. Lokasi penelitian adalah SMA N 1
Nan Sabaris. Subyek penelitian adalah siswa kelas X IPA 1, Dengan jumlah 32
orang. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran
2018/2019. Penelitian dilakukan sebanyak
3 pertemuan dalam 3 hari yaitu pada tanggal 18, 19,
dan 26 September 2018. Instrumen penelitian terdiri dari lembar
observasi dan tes hasil belajar siswa dan pemberian angket. Teknik analisis
data menggunakan analisis deskriptif.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kinerja dan hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa setelah menerapkan Inquiry Based Learning
dapat meningkat dari rata-rata penilaian harian 1, 67 menjadi 81 pada penilaian
harian 2. Peningkat kinerja siswa meningkat menjadi sangat baik dengan
persentase kerjasama 97%, mengemukakan pendapat 84%, mengajukan pertanyaan 75%,
dan menjawab pertanyaan 78%.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pembelajaran abad 21,
menuntut siswa berpikir tingkat tinggi. Kompetensi tersebut yaitu berpikir
kritis (criticial thinking), kreatif dan inovasi (creative and
innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan
bekerja sama (collaboration) dan kepercayaan diri (confidence).
Lima hal yang disampaikan pemerintah yang menjadi target
karakter siswa itu melekat pada sistem evaluasi dalam ujian nasional dan
merupakan kecakapan abad 21.
karakter siswa itu melekat pada sistem evaluasi dalam ujian nasional dan
merupakan kecakapan abad 21.
Kehidupan
di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang. Wagner (2010) dan Change Leadership Group dari Universitas
Harvard mengidentifikasi kompetensi dan keterampilan bertahan hidup yang
diperlukan oleh siswa dalam menghadapi kehidupan, dunia kerja, dan
kewarganegaraan di abad ke-21 ditekankan pada tujuh keterampilan berikut: (1)
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan
kepemimpinan, (3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan
berjiwa entrepeneur, (5) mampu
berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan
menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
Sesuai dengan kacakapan abad 21, pembelajaran
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang di dalamnya sarat akan
nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi kehidupan manusia dan membentuk manusia
yang kreatif. Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) tidak boleh hanya terfokus pada aspek produk IPA,
melainkan juga aspek proses IPA. Tujuan pembelajaran IPA tidak hanya agar siswa
mengingat fakta, memahami dan mengaplikasikan konsep, hukum dan teori IPA,
melainkan juga mengembangkan kemampuan mereka mengobservasi, memprediksi,
merancang serta melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan data, menganalisis dan
menginterpretasi data, menarik generalisasi serta membuat eksplanasi terhadap
fenomena yang ditemukan (Poh, 2005). Fitur pembelajaran IPA yang
mengintegrasikan produk dan proses menjadikan “school science” dengan dengan “real
science” (Reiss, 2010), yang di dalamnya siswa memahami pengetahuan dalam
IPA seraya mengembangkan keterampilan ilmiah (saintifik). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi. Pendidikan biologi
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Mulyasa,
2009:110).
Pembelajaran biologi di SMAN 1 Nan
Sabaris, belum lagi maksimal mengembangkan keterampilan proses siswa dalam
mengobservasi, memprediksi, merancang serta melaksanakan penyelidikan,
mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasi data, menarik generalisasi
serta membuat eksplanasi terhadap fenomena yang ditemukan, ini disebabkan kurangnya
keinginan siswa untuk melakukan pembelajaran yang melibatkan kemampuan
mengobservasi, memprediksi, merancang serta melaksanakan penyelidikan,
mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasi data, menarik generalisasi
serta membuat eksplanasi terhadap fenomena yang ditemukan, yang berdampak pada
hasil belajar siswa yang rendah.
Hasil penilaian harian siswa
kelas X IPA1 SMA N 1 Nan Sabaris pada kompetensi dasar 3.1. Menjelaskan
ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat
organisasi kehidupan), melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan
kerja 4.1. Menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan
pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal yang diharapkan, rata-rata penilaian harian 68,05
sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 73.
Fakta
lain yang diperoleh dari observasi di SMAN 1 Nan Sabaris kelas X IPA 1 adalah
masih rendahnya kinerja siswa dalam prosese pembelajaran antara lain pada
aktivitas kerjasama, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, dan bertanya
masih rendah. Kesenjangan antara situasi dan kondisi pembelajaran IPA (Biologi)
di SMA 1 Nan Sabaris dan kondisi ideal
pembelajaran IPA menimbulkan masalah
pembelajaran yang harus segera dicari solusinya. Masalahnya adalah rendahnya kinerja
siswa, konsekuensi logis yang harus dilakukan berupaya mengatasi permasalahan
yang ditemukan di kelas yang berpedoman pada kurikulum yang sedang berlaku
dengan profesional dan tanggung jawab yang maksimal. Untuk itu pendekatan inquiri based learning sangat cocok
untuk meningkatkan kinerja dan hasil belajar siswa.
Inkuiri ilmiah adalah cara ampuh untuk
memahami sains. Siswa belajar bagaimana mengajukan pertanyaan dan menggunakan
bukti untuk menjawabnya. Dalam proses pembelajaran inkuiri, siswa belajar
melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti dari berbagai sumber,
mengembangkan penjelasan dari data, mengomunikasikan dan mempertahankan
kesimpulan mereka." (National Science Teachers Association – NSTA). Kegiatan
pembelajaran “berorientasi pada inkuiri” membekalkan kemampuan pada siswa untuk
melakukan inkuiri ilmiah yang terdiri atas: mengidentifikasi pertanyaan yang
mengarahkan pada suatu penyelidikan ilmiah, merancang dan melakukan
penyelidikan ilmiah, menggunakan teknologi dan matematika untuk memperbaiki
penyelidikan, merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah dengan menggunakan
logika dan bukti, mengenali dan menganalisis penjelasan dan model alternatif,
serta mengomunikasikan dan mengajukan argumen ilmiah.
Sehubungan dengan masalah
yang telah diuraikan maka terdapat adanya kesenjangan antara harapan dengan
kenyataan yang dialami siswa kelas X IPA 1 di SMAN 1 Nan Sabaris, oleh karena
itu perlu dilakukan Penerapan Pendekatan Inquiry
Based Learning untuk meningkatkan kinerja dan
hasil belajar siswa di kelas X IPA 1 SMA N 1 Nan Sabaris
2.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana peningkatan kinerja
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan menerapkan Inquiry
Based Learning di Kelas X IPA 1 SMAN 1 Nan Sabaris?
3. Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: Untuk
mengetahui peningkatan kinerja dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran biologi
dengan menerapankan Inquiry Based Learning pada unit jamur di kelas X IPA 1 SMA N 1 Nan
Sabaris.
4. Manfaat
1.
Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam pembelajaran biologi dengan pendekatan Inquiry Based Learning.
2.
Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan pendekatan Inquiry Based Learning.
3.
Sebagai salah satu alternatif untuk mengetahui persepsi
siswa terhadap pembelajaran dengan Inquiry
Based Learning.
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang dilakukan adalah best practice. Best
practice yang ini adalah dari pengalaman berharga pada praktek On The Job Learning (OJL) dikelas X IPA
1 SMAN 1 Nan Sabaris. Pada penelitian ini peneliti terlibat penuh dalam
mengimplementasikan unit Jamur dari awal sampai akhir penelitian.
2. Strategi Penelitian
Startegi penelitian
dilakukan sebagai salah satu cara untuk memberikan alternatif solusi Strategi
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1, Skema Strategi
Penelitian
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Nan Sabaris di kelas X IPA 1,
waktu pelaksanaan penelitian ini tanggal 18, 19, dan 26 September 2018, pada
semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.
4. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpul data hasil
penelitian ini adalah dalam bentuk lembar Observasi, lembaran penilaian, dan angket.
1.
Lembar
Observasi
Lembaran Observasi yang
digunakan untuk peserta didik. mengumpulkan data tentang aspek kinerja
siswa selama proses pembelajaran.
Lembaran observasi digunakan untuk mengetahui kinerja
siswa selama pembelajaran berlangsung
(Lampiran 1).
2. Lembar Penilaian
Lembaran
penilaian dalam bentuk tes tertulis dan
kinerja. Data tentang hasil pembelajaran siswa dapat dilihat
berdasarkan lembaran tes atau penilaian harian
(PH), dengan bentuk tes Pilihan ganda,
benar salah dan essay yang dilakukan setelah
unit jamur selesai dilaksanakan. (lampiran
2)
4.
Angket
Untuk
melengkapi observasi diberikan angket setelah penelitian selesai. Angket berguna
untuk mengetahui persepsi siswa terhadap proses pembelajaran biologi dengan Inquiry Based Learning. (lampiran 3)
C.
Pembahasan Masalah
1.
langkah-langkah pemecahan masalah yang
dilakukan sebagai berikut :
A. Merencanakan Pembelajaran
1.
Menyiapkan rencanakan
pembelajaran (RPP). (lampiran 4)
Menyiapkan RPP berbasis Inquiry Based Learning unit jamur, Praktik Ilmiah dan keterampilan intelektual yang akan di diharapkan dimiliki siswa
adalah :
a. Membentuk konsep (Conceptualizing)
b. Mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Contextualizing)
c. Menjelaskan (Explaining)
d. Mempredisksi (Predicting).
e. Menerapkan
informasi :
f. Menggambarkan
Hubungan:
g. Menggunakan data dalam penyelesaian masalah
ilmiah
h. Merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah.
i.
Merangkum
secara logis untuk membenarkan sebuah kesimpulan berdasarkan bukti empiris
(penalaran deduktif).
j.
Menggunakan penalaran kausal untuk
menjelaskan hubungan antara sebab akibat
k. Berpikir kreatif dalam mengembangkan hipotesis
(penalaran induktif)
l.
Berpikir kreatif untuk membangun
hipotesis
2.
Membentuk kelompok belajar
Kelompok belajar terdiri dari lima
kelompok berdasarkan kemampuan kognitif hasil penilaian harian sebelumnya.
Nama-nama kelompok diberi dengan nama-nama jamur, antara lain: kelompok 1 Volvariela volvacea,
kelompok 2 Rhizopus stolonifera, kelompok
3 Saccharomyces cerevisiae, kelompok
4 Aspergillus
wentii, dan kelompok 5 Penicillium
chrysogenum. Pemberian nama kelompok diambil dari nama-nama spesies jamur
yang sedang dipelajari. (lampiran 5)
3.
Menyiapkan bahan ajar
Untuk melengkapi bahan literasi siswa
peneliti membuat diktat untuk bahan ajar yang dijadikan referensi dalam
menjawab peetanyaan dan diskusi kelompok. (lampiran 6)
4.
Menyiapkan mempersiapkan
format lembar observasi (lampiran )
5.
Menyiapkan angket
6.
Meyiapakan perangkat tes
yang diperlukan untuk pengumpulan data (lampiran)
7.
Merancang penugasan
B. Pelaksanaan Pembelajaran
1.
Kegiatan pembukaan:
Guru member salam, berdoa, cek
kehadiran, apersepsi, membangkitkan motivasi siswa, menyampaikan KD, IPK dan
penilaian
2.
Kegiatan inti:
Kegiatan disesuaikan dengan langkah-langkah pada unit jamur yang sudah ada dari P4TK IPA
Bandung, Pembelajaran Jamur berbasis Inkuiri terbagi ke dalam 2 pertemuan. Kegiatan terdiri dari enam level 1)
Discovery learning, 2) Interactive demonstrations, 3) Inquiry lessons, 4) Inquiry
labs, 5) Real-world
applications, dan 6) Hypothetical inquiry. Pertemuan pertama mencakup learning sequences 1-3, sedangkan pertemuan kedua mencakup learning sequences
4-6.
Selama
kegiatan inti dalam diskusi dikembangkan teknik bertanya, antara lain : Dalam
proses belajar mengajar pertanyaan diajukan baik oleh siswa maupun oleh guru.
Pertanyaan diajukan siswa untuk memenuhi rasa ingin tahu dan memperjelas
hal-hal yang kurang dipahami. Pertanyaan dimulai dengan apa, mengapa,
bagaimana, siapa, kapan, mana, dimana, kemana. Pertanyaan yang disampaikan
adalah pertanyaan- pertanyaan terbuka (divergen).
Untuk mengungkap keterampilan proses
sains atau keterampilan saintifik siswa diberi pertanyaan produktif. Pertanyaan
proses kognitif, pertanyaan yang mengarah pada penyelidikan. Keterampilan
bertanya sangat efektif mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan
saintifik. Pertanyaan untuk mengembangkan keterampilan saintifik yaitu; 1) keterampilan observasi 2) keterampilan klasifikasi 3) keterampilan komunikasi 4) keterampilan interpretasi 5) keterampilan merencanakan investigasi 6) mengajukan keterampilan bertanya. Selama proses diskusi kelas siswa tampak
antusias bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat, bahkan
berebut untuk bertanya dan menjawab.
Selama
proses pembelajaran guru mencatat pada lembar observasi siswa yang bekerjasama, mengemukakan pendapat, mengajukan
pertanyaan, dan menjawab pertanyaan, data tersebut dimasukkan kedalam tabel berikut
ini.
Tabel
1. Kinerja Siswa pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 di Kelas X IPA 1 SMAN 1 Nan Sabaris
No
|
Aspek yang Diamati
|
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
||
1.
|
Kerjasama
|
27
|
84
|
31
|
97
|
2.
|
Mengemukakan
pendapat
|
25
|
78
|
27
|
84
|
3.
|
Mengajukan
pertanyaan
|
23
|
72
|
24
|
75
|
4.
|
Menjawab
pertanyaan
|
24
|
75
|
25
|
78
|
Dari
tabel 1, terlihat, bahwa secara umum keempat aktivitas dari kinerja siswa, baik pada pertemuan 1 dan pertemuan 2,
persentasenya diatas 75% dengan predikat baik, kecuali mengajukan pertanyaan
pada pertemuan 1 masih 25%. Persentase aktivitas siswa dapat dijadikan grafik
berikut ini.
Gambar 2 Grafik Kinerja Siswa pada pertemuan 1
dan 2 dalam Pembelajaran
Dari grafik terlihat kerjasama pada pertemuan
2 mencapai 97%, mengemukakan pendapat 84%, mengajukan pertanyaan 75%, dan
menjawab pertanyaan 78%.
3.
Penutup Pelajaran, terdiri dari
menyimpulkan pelajaran, tes, refleksi, dan tindak lanjut
Setelah membuat kesimpulan pembelajaran
bersama siswa, peneliti memberikan penilaian hasil belajar. Dari analisis
penilaian harian didapatkan nilai siswa (lampiran). Dari analisis dapat
disajikan pada grafik berikut ini.
Gambar 3. Grafik Penilaian Harian Kelas X IPA
1
Dari grafik 3 terlihat bahwa PH 1 tidak dengan
penerapan IBL dan PH 2 dengan IBL, nilai PH siswa mengalami peningkatan dari
nilai rata-rata 67 menjadi nilai rata-rata 81.
C.
Pengisian
Angket
Siswa diberikan angket untuk melihat persepsi
siswa terhadap pembelajaran dengan IBL. Kegiatan mengisi angket dilakukan
setelah Penilaian harian. Dari data angket yang dijawab siswa, dapat disajikan pada
grafik berikut.
Gambar 3. Grafik Persepsi Siswa Terhadap
Pembelajaran IBL di Kelas X IPA 1 Nan Sabaris
Dari grafik dapat diperoleh data bahwa semua pernyataan ditanggapi siswa
dengan setuju dan sangat setuju. Pada pernyataan 2 tentang Kesempatan berdiskusi dalam
pembelajaran ini, membuat saya lebih berani mengemukakan pendapat yang tidak
setuju hanya satu orang siswa. Pernyataan nomor 4, tentang saya berperan aktif dalam
pembelajaran ada 2 orang siswa yang tidak setuju. Pernyataan nomor 5 tentang, saya
ingin topik lain diajarkan seperti ini ada 2 orang siswa yang menjawab tidak
setuju, dan pertanyaan nomor 6 tentang, saya lebih suka belajar kelompok
daripada belajar sendiri-sendiri ada 5 siswa yang menjawab tidak setuju. Jadi
dari sepuluh pernyataan rata-rata yang menjawab setuju dan sangat setuju adalah
97%.
C.
Hambatan-hambatan yang harus diatasi adalah :
Setiap memulai satu
usaha pasti tidak lepas dari kendala. Apalagi ini masalah proses dalam
pembelajaran yang melibatkan pendekatan baru di kelas. Ada beberapa hambatan
yang penulis temui di lapangan, antara lain :
1. Siawa
susah berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dikarenakan dalam
keseharian berbahasa Minang.
2. Beberapa
siswa bekerja tanpa memperhatikan langkah kegiatan, sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan yang diharapkan
D.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan maka
diperoleh kesimpulan: dengan
penerapan Inquiry Based Learning, kinerja dan hasil belajar siswa meningkat
2.
Saran :
Berdasarkan kesimpulan maka
penulis, dapat dikemukakan beberapa saran :
1. Peneliti
selanjutnya agar meneliti unit lain yang mungkin dapat meningkatkan kompetensi
peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan banyaknya penelitian serupa
diharapkan dapat dikembangkan suatu strategi yang ampuh dan efektif untuk meningkatkan kinerja siswa.
2. Guru
biologi diharapkan dapat menerapkan Inquiry
Based Learning pada pembelajaran karena dapat meningkatkan kinerja
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
3. Sekolah
dengan lembaga terkait agar memfasilitasi guru-guru yang akan melakukan penelitian
seperti melengkapi alat-alat labor sehingga diharapkan dapat ditemukan berbagai
alternatif pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
di kelas.
E. Daftar Pustaka
E. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Rosdakarya.
Poh, S. P. (2005). Pedagogy of science for post graduate
diploma in teaching. Kuala Lumpur:
Kumpulan Budiman.
Kumpulan Budiman.
Reiss, M. (2010). The nature of science, in J. Frost (Ed), Learning
to teach science in the secondary school, pp. 63-73). London: Routledge.
Wagner, T. 2010. Overcoming The
Global Achievement Gap (online). Cambridge, Mass., Harvard University
Dovo Stainless Knife - Titanium Artists
BalasHapusTitanium. Titanium - Titanium artists creates titanium pan high quality material for the titan metal stainless steel 출장안마 handle. titanium curling iron Titanium. titanium easy flux 125 amp welder
jw967 altra shoes ireland,keen schuhe,tenisonrunningmexico,caterpillar belgium,Zapatillas keen,xn--altraayakkab-d5b,keen sandaler,gymshark uk,gymshark romania kt758
BalasHapus