SCHOOL SUPERVISOR SMA PADANG PARIAMAN

Senin, 29 Juni 2020

Penerapan Pembelajaran Inquiry Based Learning untuk Meningkatkan Kinerja dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Biologi di Kelas X IPA 1 SMA N 1 Nan Sabaris."



ABSTRAK
Misdawati. 2018. Penerapan Pembelajaran Inquiry Based Learning  untuk  Meningkatkan Kinerja dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Biologi di Kelas X IPA 1 SMA N 1 Nan Sabaris.
Pembelajaran biologi di kelas X IPA 2 SMAN 1 Nan Sabaris, belum berpusat pada siswa dimana kinerja dan hasil belajar siswa masih rendah. Aktivitas kerjasama, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan masih perlu ditingkatkan. Hasil pembelajaran masih dibawa criteria ketuntasan minimal dan hanya menitik beratkan pada penguasaan produk pengetahuan sehingga kemampuan psikomotor siswa terabaikan. 
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Ketercapaian tujuan tersebut dilakukan dengan menerapkan Inquiry Based Learning. Pendekatan ini mendorong siswa belajar secara bertahap yang disebut dengan Level of Inquiry dengan tahapan level: 1) Discovery learning,  2) Interactive   demonstrations, 3) Inquiry lessons, 4) Inquiry labs, 5) Real-world applications,  dan 6) Hypothetical inquiry.
Jenis penelitian adalah penelitian best practice. Lokasi penelitian adalah SMA N 1 Nan Sabaris. Subyek penelitian adalah siswa kelas X IPA 1, Dengan jumlah 32 orang. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018/2019.  Penelitian dilakukan sebanyak 3 pertemuan dalam 3 hari yaitu pada tanggal 18, 19, dan 26 September 2018. Instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi dan tes hasil belajar siswa dan pemberian angket. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kinerja dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa setelah menerapkan Inquiry Based Learning dapat meningkat dari rata-rata penilaian harian 1, 67 menjadi 81 pada penilaian harian 2. Peningkat kinerja siswa meningkat menjadi sangat baik dengan persentase kerjasama 97%, mengemukakan pendapat 84%, mengajukan pertanyaan 75%, dan menjawab pertanyaan 78%.

A. Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Pembelajaran abad 21, menuntut siswa berpikir tingkat tinggi. Kompetensi tersebut yaitu berpikir kritis (criticial thinking), kreatif dan inovasi (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration) dan kepercayaan diri (confidence). Lima hal yang disampaikan pemerintah yang menjadi target
karakter siswa itu melekat pada sistem evaluasi dalam ujian nasional dan
merupakan kecakapan abad 21.
Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang. Wagner (2010) dan Change Leadership Group dari Universitas Harvard mengidentifikasi kompetensi dan keterampilan bertahan hidup yang diperlukan oleh siswa dalam menghadapi kehidupan, dunia kerja, dan kewarganegaraan di abad ke-21 ditekankan pada tujuh keterampilan berikut: (1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
Sesuai dengan kacakapan abad 21, pembelajaran merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang di dalamnya sarat akan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi kehidupan manusia dan membentuk manusia yang kreatif.  Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak boleh hanya terfokus pada aspek produk IPA, melainkan juga aspek proses IPA. Tujuan pembelajaran IPA tidak hanya agar siswa mengingat fakta, memahami dan mengaplikasikan konsep, hukum dan teori IPA, melainkan juga mengembangkan kemampuan mereka mengobservasi, memprediksi, merancang serta melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasi data, menarik generalisasi serta membuat eksplanasi terhadap fenomena yang ditemukan (Poh, 2005). Fitur pembelajaran IPA yang mengintegrasikan produk dan proses menjadikan “school science” dengan dengan “real science” (Reiss, 2010), yang di dalamnya siswa memahami pengetahuan dalam IPA seraya mengembangkan keterampilan ilmiah (saintifik). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi. Pendidikan biologi diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Mulyasa, 2009:110).
Pembelajaran biologi di SMAN 1 Nan Sabaris, belum lagi maksimal mengembangkan keterampilan proses siswa dalam mengobservasi, memprediksi, merancang serta melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasi data, menarik generalisasi serta membuat eksplanasi terhadap fenomena yang ditemukan, ini disebabkan kurangnya keinginan siswa untuk melakukan pembelajaran yang melibatkan kemampuan mengobservasi, memprediksi, merancang serta melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasi data, menarik generalisasi serta membuat eksplanasi terhadap fenomena yang ditemukan, yang berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
Hasil penilaian harian siswa kelas X IPA1 SMA N 1 Nan Sabaris pada kompetensi dasar 3.1. Menjelaskan ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja 4.1. Menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang diharapkan, rata-rata penilaian harian 68,05 sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 73.
Fakta lain yang diperoleh dari observasi di SMAN 1 Nan Sabaris kelas X IPA 1 adalah masih rendahnya kinerja siswa dalam prosese pembelajaran antara lain pada aktivitas kerjasama, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, dan bertanya masih rendah. Kesenjangan antara situasi dan kondisi pembelajaran IPA (Biologi) di SMA 1 Nan Sabaris  dan kondisi ideal pembelajaran IPA menimbulkan  masalah pembelajaran yang harus segera dicari solusinya. Masalahnya adalah rendahnya kinerja siswa, konsekuensi logis yang harus dilakukan berupaya mengatasi permasalahan yang ditemukan di kelas yang berpedoman pada kurikulum yang sedang berlaku dengan profesional dan tanggung jawab yang maksimal. Untuk itu pendekatan inquiri based learning sangat cocok untuk meningkatkan kinerja dan hasil belajar siswa.
Inkuiri ilmiah adalah cara ampuh untuk memahami sains. Siswa belajar bagaimana mengajukan pertanyaan dan menggunakan bukti untuk menjawabnya. Dalam proses pembelajaran inkuiri, siswa belajar melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti dari berbagai sumber, mengembangkan penjelasan dari data, mengomunikasikan dan mempertahankan kesimpulan mereka." (National Science Teachers Association – NSTA). Kegiatan pembelajaran “berorientasi pada inkuiri” membekalkan kemampuan pada siswa untuk melakukan inkuiri ilmiah yang terdiri atas: mengidentifikasi pertanyaan yang mengarahkan pada suatu penyelidikan ilmiah, merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan teknologi dan matematika untuk memperbaiki penyelidikan, merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah dengan menggunakan logika dan bukti, mengenali dan menganalisis penjelasan dan model alternatif, serta mengomunikasikan dan mengajukan argumen ilmiah.
Sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan maka terdapat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang dialami siswa kelas X IPA 1 di SMAN 1 Nan Sabaris, oleh karena itu perlu dilakukan Penerapan Pendekatan Inquiry Based Learning untuk  meningkatkan kinerja dan hasil belajar siswa di kelas X IPA 1 SMA N 1 Nan Sabaris
2.      Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana peningkatan kinerja dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan menerapkan  Inquiry Based Learning di Kelas X IPA 1 SMAN 1 Nan Sabaris?
3.      Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui  peningkatan kinerja dan hasil belajar siswa dalam  pembelajaran biologi dengan menerapankan Inquiry Based Learning pada unit jamur di kelas X IPA 1 SMA N 1 Nan Sabaris.
4.      Manfaat
1.      Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kinerja siswa dalam pembelajaran biologi dengan pendekatan Inquiry Based Learning.
2.      Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan pendekatan Inquiry Based Learning.
3.      Sebagai salah satu alternatif untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan Inquiry Based Learning.
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
            Jenis penelitian yang dilakukan adalah best practice. Best practice yang ini adalah dari pengalaman berharga pada praktek On The Job Learning (OJL) dikelas X IPA 1 SMAN 1 Nan Sabaris. Pada penelitian ini peneliti terlibat penuh dalam mengimplementasikan unit Jamur dari awal sampai akhir penelitian.
2. Strategi Penelitian
Startegi penelitian dilakukan sebagai salah satu cara untuk memberikan alternatif solusi Strategi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


  

Gambar 1, Skema Strategi Penelitian











                    
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Nan Sabaris di kelas X IPA 1, waktu pelaksanaan penelitian ini tanggal 18, 19, dan 26 September 2018, pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.
4. Teknik Pengumpulan Data
               Instrumen pengumpul data hasil penelitian ini adalah dalam bentuk lembar  Observasi, lembaran penilaian, dan angket.
1.      Lembar Observasi
Lembaran Observasi yang digunakan untuk peserta didik. mengumpulkan data tentang aspek kinerja siswa selama proses pembelajaran. Lembaran observasi digunakan untuk mengetahui kinerja  siswa selama pembelajaran berlangsung (Lampiran 1).
2.   Lembar Penilaian
Lembaran penilaian dalam bentuk tes tertulis  dan kinerja. Data tentang hasil pembelajaran siswa dapat dilihat  berdasarkan lembaran tes atau penilaian harian (PH),  dengan bentuk tes Pilihan ganda, benar salah dan essay yang dilakukan  setelah unit jamur selesai dilaksanakan. (lampiran 2)
4.  Angket
      Untuk melengkapi observasi diberikan angket setelah penelitian selesai. Angket berguna untuk mengetahui persepsi siswa terhadap proses pembelajaran biologi dengan Inquiry Based Learning. (lampiran 3)
C. Pembahasan Masalah
1. langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan sebagai berikut :
A.    Merencanakan Pembelajaran
1.      Menyiapkan rencanakan pembelajaran (RPP). (lampiran 4)
Menyiapkan RPP berbasis Inquiry Based Learning unit jamur, Praktik Ilmiah dan keterampilan intelektual yang akan di diharapkan dimiliki siswa adalah :
a.       Membentuk konsep (Conceptualizing)
b.      Mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Contextualizing)
c.       Menjelaskan (Explaining)
d.      Mempredisksi (Predicting).
e.       Menerapkan informasi :
f.       Menggambarkan Hubungan:
g.      Menggunakan data dalam penyelesaian masalah ilmiah
h.      Merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah.
i.        Merangkum secara logis untuk membenarkan sebuah kesimpulan berdasarkan bukti empiris (penalaran deduktif).
j.        Menggunakan penalaran kausal untuk menjelaskan hubungan antara sebab akibat
k.      Berpikir kreatif dalam mengembangkan hipotesis (penalaran induktif)
l.        Berpikir kreatif untuk membangun hipotesis
2.      Membentuk kelompok belajar
Kelompok belajar terdiri dari lima kelompok berdasarkan kemampuan kognitif hasil penilaian harian sebelumnya. Nama-nama kelompok diberi dengan nama-nama jamur, antara lain: kelompok 1 Volvariela volvacea, kelompok 2 Rhizopus stolonifera, kelompok 3 Saccharomyces cerevisiae, kelompok 4   Aspergillus wentii, dan kelompok 5 Penicillium chrysogenum. Pemberian nama kelompok diambil dari nama-nama spesies jamur yang sedang dipelajari. (lampiran 5)
3.      Menyiapkan bahan ajar
Untuk melengkapi bahan literasi siswa peneliti membuat diktat untuk bahan ajar yang dijadikan referensi dalam menjawab peetanyaan dan diskusi kelompok. (lampiran 6)
4.      Menyiapkan mempersiapkan format lembar observasi (lampiran )
5.      Menyiapkan angket
6.      Meyiapakan perangkat tes yang diperlukan untuk pengumpulan data (lampiran)
7.      Merancang penugasan

B.     Pelaksanaan Pembelajaran
1.      Kegiatan pembukaan:
Guru member salam, berdoa, cek kehadiran, apersepsi, membangkitkan motivasi siswa, menyampaikan KD, IPK dan penilaian
2.      Kegiatan inti:
Kegiatan disesuaikan dengan langkah-langkah pada unit jamur yang sudah ada dari P4TK IPA Bandung, Pembelajaran Jamur  berbasis Inkuiri terbagi  ke dalam 2 pertemuan. Kegiatan terdiri dari enam level  1) Discovery learning,  2) Interactive   demonstrations, 3) Inquiry lessons, 4) Inquiry labs, 5) Real-world applications,  dan 6) Hypothetical inquiry. Pertemuan pertama mencakup learning sequences 1-3, sedangkan pertemuan kedua mencakup learning sequences 4-6.
              Selama kegiatan inti dalam diskusi dikembangkan teknik bertanya, antara lain : Dalam proses belajar mengajar pertanyaan diajukan baik oleh siswa maupun oleh guru. Pertanyaan diajukan siswa untuk memenuhi rasa ingin tahu dan memperjelas hal-hal yang kurang dipahami. Pertanyaan dimulai dengan apa, mengapa, bagaimana, siapa, kapan, mana, dimana, kemana. Pertanyaan yang disampaikan adalah pertanyaan- pertanyaan terbuka (divergen).
                    Untuk mengungkap keterampilan proses sains atau keterampilan saintifik siswa diberi pertanyaan produktif. Pertanyaan proses kognitif, pertanyaan yang mengarah pada penyelidikan. Keterampilan bertanya sangat efektif mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan saintifik. Pertanyaan untuk mengembangkan keterampilan saintifik yaitu; 1) keterampilan observasi 2) keterampilan klasifikasi 3) keterampilan komunikasi 4) keterampilan interpretasi 5) keterampilan merencanakan investigasi 6) mengajukan keterampilan bertanya. Selama proses diskusi kelas siswa tampak antusias bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat, bahkan berebut untuk bertanya dan menjawab.
                    Selama proses pembelajaran guru mencatat pada lembar observasi siswa yang  bekerjasama, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan, data tersebut dimasukkan kedalam tabel berikut ini.
                 Tabel 1. Kinerja Siswa pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 di Kelas X IPA 1  SMAN 1 Nan Sabaris
No
Aspek yang Diamati
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Jumlah
%
Jumlah
%
1.
Kerjasama
27
84
31
97
2.
Mengemukakan pendapat
25
78
27
84
3.
Mengajukan pertanyaan
23
72
24
75
4.
Menjawab pertanyaan
24
75
25
78
                       
        Dari tabel 1, terlihat, bahwa secara umum keempat aktivitas dari kinerja siswa,  baik pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, persentasenya diatas 75% dengan predikat baik, kecuali mengajukan pertanyaan pada pertemuan 1 masih 25%. Persentase aktivitas siswa dapat dijadikan grafik berikut ini.



 









Gambar 2 Grafik Kinerja Siswa pada pertemuan 1 dan 2 dalam Pembelajaran
Dari grafik terlihat kerjasama pada pertemuan 2 mencapai 97%, mengemukakan pendapat 84%, mengajukan pertanyaan 75%, dan menjawab pertanyaan 78%.
3.      Penutup Pelajaran, terdiri dari menyimpulkan pelajaran, tes, refleksi, dan tindak lanjut
Setelah membuat kesimpulan pembelajaran bersama siswa, peneliti memberikan  penilaian hasil belajar. Dari analisis penilaian harian didapatkan nilai siswa (lampiran). Dari analisis dapat disajikan pada grafik berikut ini.
Gambar 3. Grafik Penilaian Harian Kelas X IPA 1

Dari grafik 3 terlihat bahwa PH 1 tidak dengan penerapan IBL dan PH 2 dengan IBL, nilai PH siswa mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 67 menjadi nilai rata-rata 81.
C.     Pengisian Angket
Siswa diberikan angket untuk melihat persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan IBL. Kegiatan mengisi angket dilakukan setelah Penilaian harian. Dari data angket yang dijawab siswa, dapat disajikan pada grafik berikut.









Gambar 3. Grafik Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran IBL di Kelas X IPA 1 Nan Sabaris

Dari grafik dapat diperoleh  data bahwa semua pernyataan ditanggapi siswa dengan setuju dan sangat setuju. Pada pernyataan 2 tentang Kesempatan berdiskusi dalam pembelajaran ini, membuat saya lebih berani mengemukakan pendapat yang tidak setuju hanya satu orang siswa. Pernyataan nomor 4, tentang saya berperan aktif dalam pembelajaran ada 2 orang siswa yang tidak setuju. Pernyataan nomor 5 tentang, saya ingin topik lain diajarkan seperti ini ada 2 orang siswa yang menjawab tidak setuju, dan pertanyaan nomor 6 tentang, saya lebih suka belajar kelompok daripada belajar sendiri-sendiri ada 5 siswa yang menjawab tidak setuju. Jadi dari sepuluh pernyataan rata-rata yang menjawab setuju dan sangat setuju adalah 97%.
C. Hambatan-hambatan yang harus diatasi adalah :
Setiap memulai satu usaha pasti tidak lepas dari kendala. Apalagi ini masalah proses dalam pembelajaran yang melibatkan pendekatan baru di kelas. Ada beberapa hambatan yang penulis temui di lapangan, antara lain :
1.      Siawa susah berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dikarenakan dalam keseharian berbahasa Minang.

2.      Beberapa siswa bekerja tanpa memperhatikan langkah kegiatan, sehingga apa yang  dikerjakan tidak sesuai dengan yang diharapkan


D. Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian dan pembahasan maka  diperoleh  kesimpulan: dengan penerapan  Inquiry Based Learning, kinerja dan hasil belajar siswa meningkat
2.      Saran :
       Berdasarkan kesimpulan maka penulis, dapat dikemukakan beberapa saran :
1.      Peneliti selanjutnya agar meneliti unit lain yang mungkin dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan banyaknya penelitian serupa diharapkan dapat dikembangkan suatu strategi yang ampuh dan efektif  untuk meningkatkan kinerja siswa.
2.      Guru biologi diharapkan dapat menerapkan Inquiry Based Learning pada pembelajaran karena dapat meningkatkan kinerja dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
3.      Sekolah dengan lembaga terkait agar memfasilitasi guru-guru yang akan melakukan penelitian seperti melengkapi alat-alat labor sehingga diharapkan dapat ditemukan berbagai alternatif pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.

E. Daftar Pustaka
E. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.
Poh, S. P. (2005). Pedagogy of science for post graduate diploma in teaching. Kuala Lumpur:
             Kumpulan Budiman.
Reiss, M. (2010). The nature of science, in J. Frost (Ed), Learning to teach science in the secondary school, pp. 63-73). London: Routledge.
Wagner, T. 2010. Overcoming The Global Achievement Gap (online). Cambridge, Mass., Harvard  University


2 komentar:

Back To Top